Minggu, 15 Juli 2012

BAHAYA MATERIALISME DALAM PERNIKAHAN



uang dolar

Uang selalu menjadi kebutuhan setiap orang, bahkan tak sedikit yang berpikir bahwa uang adalah segalanya. Sifat terlalu mencintai uang atau yang sering kita sebut dengan materialistis ini bisa berakibat buruk pada kehidupan. Bagi Anda yang sangat mencintai uang dan sudah menikah, sebaiknya Anda berhati-hati, karena pernikahan Anda mungkin bisa saja kandas di tengah jalan.
Jason Carroll, salah satu profesor di Universitas Brigham Young telah melakukan penelitian tentang masalah ini. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan dengan sifat materialistis ternyata memiliki hubungan yang tidak harmonis dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu peduli dengan harta. Terlebih bila seorang materialis menikah dengan seseorang yang biasa-biasa saja dan tidak selalu memikirkan tentang uang.
“Akan sangat bermasalah ketika seorang materialis yang cenderung boros menikah dengan seseorang yang terbiasa berhemat,” kata Carroll sebagaimana dikutip Sidomi News dari LiveScience. Carroll juga menambahkan bahwa sifat materialis tidaklah bagus bagi siapapun. Seseorang yang memiliki sifat ini cenderung sangat mudah merasa cemas dan stres bila dibandingkan dengan mereka yang tidak materialistis.
Belanja borosPenelitian dilakukan terhadap 1.734 pasangan yang sudah menikah dengan cara memberi sebuah kuisioner. Dalam kuisioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan tentang bagaimana kehidupan rumah tangga mereka, termasuk konflik, kepuasan, atau komunikasi dalam pernikahan. Dalam kuisioner tersebut juga disertakan pernyataan ‘memiliki uang dan banyak materi adalah hal yang tidak penting bagi saya’.  Responden yang menjawab setuju dikategorikan sebagai non-materialistis. Sedangkan bagi mereka yang menjawab tidak setuju, mereka dianggap memiliki sifat materialistis.
Dari penelitian tersebut bisa diketahui pasangan mana saja yang memiliki sifat materialistis, pasangan mana yang hanya salah satunya yang memiliki sifat tersebut, dan pasangan mana yang dua-duanya non-materialistis. Dari tes yang sudah dilakukan, Carroll bisa mengetahui bahwa pasangan non-materialistis ternyata memiliki hubungan pernikahan yang lebih langgeng, harmonis, dan minim akan konflik daripada pasangan yang sangat mementingkan harta.
“Materialisme bisa berbahaya bagi pernikahan,” Carroll menambahkan.
Pernikahan pasangan materialistis (baik hanya salah satu saja maupun dua-duanya yang memiliki sifat ini), tampaknya akan selalu terjadi konflik dalam kehidupan rumah tangga mereka. Lalu mengapa materialisme bisa merusak hubungan pernikahan? Carroll dan timnya pun memberikan beberapa teori.
Yang pertama adalah materialisme bisa membuat seseorang mengambil keputusan atau langkah yang salah dalam hal keuangan, misalnya selalu boros, berbelanja di luar kemampuan hingga akhirnya memiliki hutang yang menumpuk. Masalah keuangan yang berujung pada hutang inipun bisa membuat konflik tersendiri dalam rumah tangga
Teori yang kedua adalah orang materialistis cenderung tidak bisa meluangkan waktu mereka untuk berkumpul dengan pasangan atau keluarga. Berbeda dengan pasangan non-materialis, mereka yang selalu mengejar harta kurang bisa memprioritaskan keluarga atau hubungan mereka dengan pasangan. Padahal berinteraksi dengan pasangan bisa membuat hubungan pernikahan bisa berumur panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar